"Sudah sebulan lalu cuaca tidak bersahabat.
Bahkan, Jumat (4/1) kemarin ada satu nelayan ada yang tewas digulung ombak.
Makanya sekarang nelayan kapal kecil tidak berani melaut karena cuaca buruk dan
angin baratan," ujar Kirno, Selasa (8/1).
Untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya, lanjut Kirno,
dirinya terpaksa beralih profesi sebagai penjual ikan di tempat pelelangan ikan
di Cilincing dengan penghasilan Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu perharinya.
Bahkan, sejumlah nelayan lainnya ada yang mengutang demi menutupi kebutuhan
hidupnya.
Meski begitu, menurut Kirno, tak seluruh nelayan di Cilincing yang tidak berani melaut. Pasalnya, nelayan yang memiliki kapal besar berani melaut. Namun, sejak masuknya cuaca buruk, nelayan hanya bisa berhasil menangkap ikan sebanyak 2 kwintal. Padahal, sebelumnya bisa mencapai 1 ton di saat cuaca tengah bagus.
"Sebelumnya kalau cuacanya bagus, penghasilan nelayan
bisa mencapai Rp 1,6 juta sehari. Tapi, sekarang pas cuaca buruk menjadi Rp 500
ribu. Belum lagi dipotong biaya modal perbekalan selama di laut Rp 350 ribu
sehari. Biasanya melaut di Pulau Damar dan Pulau Seribu. Ya, harapannya
pemerintah bisa memperhatikan nasib nelayan. Apalagi, cuaca buruk ini,"
harap Kirno, Rabu (08/01/2013).
Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) DKI
Jakarta, Yan Winatasasmita mengatakan sejak bulan Desember tahun lalu atau
mulai masuknya musim baratan ini, sangat berdampak khususnya nelayan yang
menggunakan kapal kecil berukuran dibawah 10 gros ton (GT) tidak bisa melaut.
Sedangkan, kapal diatas 20 GT masih bisa melaut.
( Amin Hidayat )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar