Kamis, 05 Juni 2014

Warga Warakas Bina 32 Orang Gila dari Jalanan


Jakarta-Dalam kurun waktu 6 tahun, Tomas, warga Warakas kini telah membina 32 orang bermasalah dengan gangguan jiwa (gila) atau stres dari jalanan. 32 orang tersebut berasal dari berbagai daerah yang berhasil direkrut dari sejumlah tempat di Jakarta.

“Mereka kami tempatkan di Warakas dan Sungai Bambu, tempatnya masih kontrak sudah 6 tahun ini kami membinanya dengan kemampuan kami. Kalau jumlah seluruhnya ada 32. Dengan rincian 15 orang di warakas untuk kaum lelaki, 5 orang di Jalan Ganggeng, Sungai Bambu untuk kaum perempuan dan 12 lainnya sudah kami pulangkan pada keluarganya,” ujar Tomas, saat ditemui di kediamannya, Jalan Warakas VII Gang 8 RT 002 RW 10, Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (05/06/2014).

Saat ini yang masih dalam fokus binaannya, kata dia, tersisa 20 orang dengan usia 15 sampai 39 tahun.

“Kami merawatnya seperti keluarga sendiri, kami tidak pilih kasih semua sama. Kami memberikan harapan baru kepada mereka dengan cara pendekatan mental, berdoa, menjaga kebersihan dan berolahraga itu bagian cara penyembuhan yang kerap kami lakukan. Kami ingin mereka kembali ketengah masyarakat dengan hidup secara normal,” tutur pria asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

Ia dibantu dengan empat orang pembina lainnya mengaku dengan sukarela menampung orang-orang stres mulai dari tingkat stres ringan hingga stres berat atau gila. Bahkan, diungkapkannya, banyak diantara mereka yang tidak mengenali namanya sendiri sehingga dirinya memberikan sebuah nama untuk memudahkannya.

“Setelah ingatan mereka mulai kembali normal, mereka akan mengenali nama, tempat tinggal dan keluarganya. Setelah itu kami cari keluarganya untuk dipulangakan. Bila ada keluarganya yang tidak menginginkan mereka kembali karena takut dan sebagainya kami tetap akan merawatnya kembali,” kata Tomas.

Riwayat mereka macam ragam saat didapati di jalan dan dari berbagai lapisan masyarakat. Ada yang stres karena di pecat dari angkatan, kasus narkoba, pelecehan sek hingga masalah keluarga.

“Asal mereka dari berbagai daerah antara lain seperti Bogor, Depok, Medan, Padang, Manado, Papua, dan Jakarta. Dan kami merekrutnya dari berbagai tempat di Jakarta seperti Jalan Kalideres, Bandengan, dan Penjaringan,” jelasnya.

Tidak mudah untuk merekrut mereka diperlukan kesabaran. Termasuk, kata Tomas, saat membawanya dari jalanan.

“Memerlukan waktu sampai tiga bulan bahkan lebih untuk mendapatkan mereka dari jalanan. Sebab, tidak gampang kami merujuknya. Seminggu bisa dua kali kami menemui mereka sebelum kami ajak kerumah. Bahkan kami sering tidak ketemu tetapi kami yakin sebab orang seperti mereka itu biasanya bila sudah pernah singgah di satu tempat cepat atau lambat akan kembali ketempat yang sama,” ulasnya.

Kedepan ia berharap kepada pemerintah Kota atau Provinsi dapat memberikan arahan dan bekerjasama dalam menanggulangi anak bangsa yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara.

“Niat kami berbakti untuk sesama dengan sukarela. Kami ingin mendapat uluran tangan dari pemerintah dan dermawan. Demi meringankan biaya sewa tempat dan kebutuhan hari-hari mereka. Pernah kami dagang, mengamen di jalanan dan bus kota untuk mencukupi kebutuhan mereka,” tambah dia seraya menyebutkan ada pula yang membantu secara sukarela namun tidak secara rutin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar