“Mereka kami tempatkan di Warakas dan Sungai
Bambu, tempatnya masih kontrak sudah 6 tahun ini kami membinanya dengan
kemampuan kami. Kalau jumlah seluruhnya ada 32. Dengan rincian 15 orang di
warakas untuk kaum lelaki, 5 orang di Jalan Ganggeng, Sungai Bambu untuk kaum
perempuan dan 12 lainnya sudah kami pulangkan pada keluarganya,” ujar Tomas, saat
ditemui di kediamannya, Jalan Warakas VII Gang 8 RT 002 RW 10, Kelurahan
Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (05/06/2014).
Saat ini yang masih dalam fokus binaannya, kata
dia, tersisa 20 orang dengan usia 15 sampai 39 tahun.
“Kami merawatnya seperti keluarga sendiri, kami
tidak pilih kasih semua sama. Kami memberikan harapan baru kepada mereka dengan
cara pendekatan mental, berdoa, menjaga kebersihan dan berolahraga itu bagian
cara penyembuhan yang kerap kami lakukan. Kami ingin mereka kembali ketengah
masyarakat dengan hidup secara normal,” tutur pria asal Nusa Tenggara Timur
(NTT) itu.
Ia dibantu dengan empat orang pembina lainnya
mengaku dengan sukarela menampung orang-orang stres mulai dari tingkat stres
ringan hingga stres berat atau gila. Bahkan, diungkapkannya, banyak diantara
mereka yang tidak mengenali namanya sendiri sehingga dirinya memberikan sebuah
nama untuk memudahkannya.
“Setelah ingatan mereka mulai kembali normal,
mereka akan mengenali nama, tempat tinggal dan keluarganya. Setelah itu kami
cari keluarganya untuk dipulangakan. Bila ada keluarganya yang tidak
menginginkan mereka kembali karena takut dan sebagainya kami tetap akan
merawatnya kembali,” kata Tomas.
Riwayat mereka macam ragam saat didapati di jalan
dan dari berbagai lapisan masyarakat. Ada
yang stres karena di pecat dari angkatan, kasus narkoba, pelecehan sek hingga
masalah keluarga.
“Asal mereka dari berbagai daerah antara lain
seperti Bogor , Depok, Medan ,
Padang , Manado ,
Papua, dan Jakarta .
Dan kami merekrutnya dari berbagai tempat di Jakarta seperti Jalan Kalideres, Bandengan,
dan Penjaringan,” jelasnya.
Tidak mudah untuk merekrut mereka diperlukan
kesabaran. Termasuk, kata Tomas, saat membawanya dari jalanan.
“Memerlukan waktu sampai tiga bulan bahkan lebih untuk mendapatkan mereka dari jalanan. Sebab, tidak gampang kami merujuknya. Seminggu bisa dua kali kami menemui mereka sebelum kami ajak kerumah. Bahkan kami sering tidak ketemu tetapi kami yakin sebab orang seperti mereka itu biasanya bila sudah pernah singgah di satu tempat cepat atau lambat akan kembali ketempat yang sama,” ulasnya.
Kedepan ia berharap kepada pemerintah Kota atau Provinsi dapat
memberikan arahan dan bekerjasama dalam menanggulangi anak bangsa yang
seharusnya menjadi tanggung jawab negara.
“Niat kami berbakti untuk sesama dengan sukarela.
Kami ingin mendapat uluran tangan dari pemerintah dan dermawan. Demi
meringankan biaya sewa tempat dan kebutuhan hari-hari mereka. Pernah kami
dagang, mengamen di jalanan dan bus kota
untuk mencukupi kebutuhan mereka,” tambah dia seraya menyebutkan ada pula yang
membantu secara sukarela namun tidak secara rutin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar