Jakarta-Dampak penurunan permukaan tanah antara 15 hingga 20 centimeter pertahun di
Jakarta Utara serta belum optimalnay sisten draenase, hingga saat ini masih
menjadi persoalan bagi pengelolaan sistem tata air. Akibatnya, titik genangan
di wilayah tersebut yang awalnya hanya 34 titik lebih genangan yang
terjadi saat hujan deras turun, tahun ini bertambah menjadi 157 titik.
Dari data yang dimiliki Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, genangan-genangan
itu terjadi di 6 wilayah. Ketinggian air itu bervariasi antara 10-50
sentimeter. Dari 157 titik genangan itu, baru sekitar 67 diantara yang sudah
ditangani pertengahan tahun ini.
Kasie Pemeliharaan Sumber Daya Air Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, Kuryatna
Atmadja, mengakui memang hingga saat ini masih ada sejumlah lokasi yang
tergenangan di Jakarta Utara. Meski begitu pihaknya terus upayakan percepatan
penanganan titik genangan, salah satunya melakukan normalisasi dan
perbaikan saluran di sekitar lokasi genangan.
“Selama ini kita fokus ke Koja sebagai wilayah yang terparah. Dari 37 titik,
sebanyak 31 diantara sudah kita atasi,” ujarnya, Minggu (13/7).
Kuryatna menambahkan, normalisai yang paling sulit saat ini di wilayah Koja.
Sebab di lokasi itu hampir sekitar 60 persen saluran mikro maupun PHB yang mengalami
penyempitan akibat adanya bangunan warga. Hal itu menyebabkan pihaknya tidak
dapat menggunakan alat-alat berat dalam melakukan normalisasi.
Selain melakukan normalisasi pihaknya juga menambahkan rumah pompa di
Kamalmuara, Kali Karang, muara Kali Angke, Marina Ancol, dan muara Kali
Sentiong, Sunter.
“Kami berharap dengan penambahan
rumah pompa itu akan membantu mengentaskan genangan di wilayah,”tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar