Jakarta-Sebanyak 500 kapal nelayan di Muara Baru, Penjaringan,
Jakarta Utara (Jakut) tidak bisa melaut.
Pasalnya mereka tidak bisa membeli solar subsidi.
BBM untuk nelayan di kawasan tersebut sudah beberapa pekan habis.
Sebelumnya
hal yang sama juga dialami ratusan nelayan di Muara Angke.
"Kerugian
akibat nelayan tidak bisa melaut di Jakarta mencapai sekitar Rp 1 Miliar.
Asumsinya jumlah nelayan termasuk ABK ada sekitar puluhan ribu orang,"
ujar Ketua Himpunan Nelayan Pursein Nusantara, Muara Baru James Then, Rabu
(03/09/2014).
Dia menambahkan, 4 Stasiun Pengisian Bahan Bakar
untuk Nelayan (SPBN) di Muara Baru, sudah tidak menjual solar subsidi. Hal itu
membuat nelayan tidak bisa melaut.
"Di Muara Baru, kebutuhan BBM subsidi
setiap bulannya mencapai 7.000 Kiloliter. Sekarang ada pemotongan 20
persen. Namun saat ini BBM di Muara Baru, sudah tidak ada," ujar James.
Dia berharap pemerintah segera menormalkan
pasokan BBM. Para nelayan menurut dia, membutuhkan BBM untuk kegiatan
produktif. "Beda kalau misalnya untuk kendaraan pribadi. Nelayan butuh BBM
agar bisa melaut mencari ikan," pungkas James.
Sementara itu, Koordinator Front Nelayan Bersatu
Ono Suroto mengatakan, akibat adanya pembatasan BBM, nelayan di seluruh
Indonesia tidak bisa melaut. Baik nelayan besar maupun kecil.
"Kami mengambil sikap, menolak pembatasan
BBM terutama bagi nelayan. Jumlah nelayan miskin di Indonesia, pada 2012
mencapai 7,84 juta orang. Atau 25,14 persen dari jumlah penduduk miskin di
Indonesia," beber Ono.
Menurut Ono, pembatasan BBM, nelayan kapal kecil
paling banyak terkena dampaknya.
Dia menambahkan, nelayan untuk membeli BBM
sebelumnya juga sudah dibatasi. Membeli BBM ada rekomendasi dari dinas.
Dan ada juga perhitungan alokasi dari pertamina. Lebih lanjut Ono mengatakan,
stok atau alokasi BBM untuk nelayan, saat ini masih ada 701.000 Kiloliter.
Cukup untuk bulan Desember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar