Jakarta-Untuk meningkatkan kepedulian warga tentang kesehatan, khususnya bagi
keluarga muda dan wanita yang sedang hamil agar tidak ada lagi ibu dan bayi
yang meninggal karena kehamilan, persalinan, nifas, dan gizi buruk.
Pemerintah Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan
Kelapa Gading, Jakarta Utara, yag dikomandoi oleh Sugiharjo Timbo, belum lama
ini, menggelar Penyuluhan Angka Kematian
Ibu dan Balita, bertempat di Balai Warga RW 03, Keluarahan Kelapa Gading Barat.
Hadir sebagai nara sumber Bidan
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading, Siti
Khotiiah.
Lurah Kelapa Gading Barat, Sugiharjo Timbo
mengakui, memang, hanya Tuhan yang menentukan usia manusia. Namun, setidaknya,
kita hanya melakukan pencegahan, salah satunya melalui sosialisasi yang kita
lakukan seperti ini.
Sementara itu, Bidan Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading, Siti Khotiiah menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kematian ibu dan balita.
Tertinggi adalah pendarahan. Kemudian, hipertensi dalam
kehamilan, infeksi, komplikasi nifas, dan keguguran. Berdasarkan hasil
survei demografi kesehatan 2007, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 228
per 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini memang menurun dibandingkan lima tahun
sebelumnya. Pun begitu, semua masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) tahun 2015 sebesar 102 per 100 ribu kelahiran hidup.
Begitupun dengan angka kematian bayi. Meski
mengalami penurunan drastis sebesar 44 persen selama 18 tahun terakhir,
angka itu juga belum mampu mencapai target MGDs sebesar 23 per 100 ribu kelahiran
hidup.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kematian ibu dan balita. Tertinggi adalah pendarahan. Kemudian,
hipertensi dalam kehamilan, infeksi, komplikasi nifas, dan keguguran. Risiko kematian
ibu juga kian tinggi akibat adanya faktor keterlambatan. Keterlambatan
mengambil keputusan, terlambat mengenali tanda bahaya, dan terlambat sampai di
fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat.
Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi
pada masa neonatal atau 28 hari pertama kehidupan. Penyebab tertinggi adalah
bayi berat lahir rendah dan prematuritas, kegagalan benafas spontan, infeksi,
serta gizi buruk.
“Dari 57
kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada periode 1990-1994 menjadi 32
kematian per 100 ribu kelahiran hidup pada periode 2008-2012. Memang masih jauh
dari yang diharapkan,” kata dia.
Untuk mengejar target tersebut, ditambahkan Siti
Khotiiah, kami akan terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai
penyebab terjadinya kematian ibu dan bayi.
“Deteksi
risiko tinggi dan pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan, nifas,
dan tanda terjadinya gizi buruk pada balita perlu diketahui dan dipahami oleh
masyarakat. Sehingga, semua dapat dicegah sedari dini dengan penanganan yang
tepat. Semoga dengan langkah ini, kita mampu mencapai target MDGs 2015,” pungkas
dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar