Jakarta-Pemprov DKI Jakarta berencana membangun fasilitas pengolahan sampah menjadi listrik. Sebagai percontohan, rencananya fasilitas tersebut akan dibangun di wilayah Jakarta Utara.
Fasilitas pengolahan sampah yang akan dibangun merupakan teknologi dari Inggris dan Italia. Nantinya setiap 400 ton sampah yang diolah, bisa menghasilkan listrik sebesar 6-8 mega watt. Selain itu, abu sisa pembakaran sampah juga dapat dimanfaatkan sebagai campuran semen atau bahan pembuat paving block.
Wakil Gubenur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengatakan, teknologi pengolahan sampah menggunakan metode sanitary land field, yakni dengan menumpuk dan menimbun sampah tidak cocok untuk wilayah perkotaan. Sebab, teknologi tersebut membutuhkan lahan yang tidak sedikit.
“Jakarta Utara itu sebuah kota yang memiliki posisi sangat strategis, karena pintu masuk dari darat, laut dan udara melewati kota tersebut, makanya tidak elok apabila orang yang masuk melihat wilayah Utara yang kumuh.
Fasilitas pengolahan sampah yang akan dibangun merupakan teknologi dari Inggris dan Italia. Nantinya setiap 400 ton sampah yang diolah, bisa menghasilkan listrik sebesar 6-8 mega watt. Selain itu, abu sisa pembakaran sampah juga dapat dimanfaatkan sebagai campuran semen atau bahan pembuat paving block.
Wakil Gubenur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, mengatakan, teknologi pengolahan sampah menggunakan metode sanitary land field, yakni dengan menumpuk dan menimbun sampah tidak cocok untuk wilayah perkotaan. Sebab, teknologi tersebut membutuhkan lahan yang tidak sedikit.
“Jakarta Utara itu sebuah kota yang memiliki posisi sangat strategis, karena pintu masuk dari darat, laut dan udara melewati kota tersebut, makanya tidak elok apabila orang yang masuk melihat wilayah Utara yang kumuh.
"Untuk wilayah pedesaan yang luas lahannya mungkin cocok," ujarnya, saat berkunjung di Kantor Walikota Jakarta Utara, Kamis (15/01/2015).
Menurut Djarot agar wilayah di Jakarta Utara terlihat bersih maka harus dibenahi sistem pengolahan sampahnya yang selama ini menggunakan sanitary land fill. “Sistem tersebut sudah sangat ketinggalan dan tidak cocok untuk wilayah di DKI karena membutuhkan lahan dengan luas ratusan hektare," katanya.
Djarot mengungkapkan, pengolahan sampah menjadi tenaga listrik tersebut menggunakan teknologi terbaru dari Italia dan Inggris yang hanya membutuhkan luas lahan 2-2,5 hektare. “Teknologi ini membutuhkan sampah sebanyak 400 ton untuk bisa menghasilkan 6-8 Megawatt, saat ini sedang kami bangun dan jajaki lokasi tempatnya bekerja sama dengan pihak ketiga,” ujarnya.
Listrik yang didapatkan dari pengolahan sampah tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengaliri Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) milik Pemprov DKI, sedangkan abunya dapat digunakan untuk campuran semen dan pembuatan paving block. “Jakarta Utara kita pilih sebagai lokasi pertama yang dicanangkan untuk penerapan sistem tersebut karena produksi sampahnya termasuk yang terbesar di Jakarta,” kata Djarot.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas kebersihan Jakarta Utara Bondan Dyah Ekowati, mengatakan siap untuk mendukung program tersebut.
"Kita harus mempunyai inovasi dalam menanggani sampah. Seperti yang disampaikan oleh Wakil Gubernur, yakni mengolah sampah menjadi listrik. Dan saat ini kita meningkatkan rit perjalanan truk sampah yang kami miliki dari satu rit menjadi dua rit,” ujar Bodan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar