Kamis, 03 Januari 2013

Menyadarkan Masyarakat Bahwa kali untuk pembuangan air hujan


Impian Sisca Herawati dalam merengkuh kesuksesan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Wanita kelahiran Cirebon ini harus melalui berbagai ujian sebelum akhirnya dipercaya sebagai Kepala Sudin Pekerjaan Umum (PU) Tata Air Jakarta Utara. Bahkan, Sisca pun kerap menjadi sasaran kekesalan warga yang memaki-maki dirinya lantaran banjir yang menggenagi rumah mereka.

Namun dengan tekad yang kuat, serta berbagai upaya pendekatan persuasif, Sisca pun terus melakukan normalisasi kali maupun saluran air demi meminimalisir timbulnya genangan serta banjir yang menghantui warga.

Sebelum berkarier di Pemprov DKI Jakarta, wanita kelahiran Cirebon, 4 Mei 1960 ini pernah melakoni sejumlah pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meski terlahir dari keluarga yang berada, namun kesuksesan yang dirintis Sisca dimulainya dari nol.

"Alhamdulillah, saya tidak pernah hidup dalam kesulitan. Tapi bukan berarti saya bangga dengan harta orang tua. Saya memulainya dari nol. Saya juga bisa mersakan bagaimana orang menderita. Saya orangnya tegas dan tidak ada yang saya takuti. Karena sepanjang saya benar, saya berani, tapi kalau salah, saya tidak akan berani," ujar Sisca.

Sejak tamat SMA di SMAN 1 Cirebon pada tahun 1980, Sisca langsung melanjutkan pendidikannya dengan diterima menjadi mahasiswi Institut Teknologi Bandung (ITB). Tahun 1985, Sisca pun menamatkan pendidikannya di ITB dengan menyandang gelar sarjana muda.

Lulus dari ITB, tanpa pikir panjang, Sisca langsung memutuskan merantau ke Jakarta. Nasib baik pun berpihak pada dirinya. Ya, Sisca diterima menjadi Staf Perencanaan Bidang Proyek Khusus Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta pada tahun itu juga dengan status sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS).

Nasib baik terus memayunginya. Di tahun 1986, Sisca akhirnya diangkat menjadi PNS hingga akhirnya pada tahun 2003 menduduki posisi penting yakni menjadi Kepala Seksi (Kasie) Sudin PU Tata Air Jakarta Selatan.

Kariernya pun terus melesat. Pernah menduduki Kasie Perencanaan Sudin PU Tata Air Jakarta Pusat dan Kasie Perencanaan Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, Sisca kemudian diambil sumpahnya menjadi Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Utara sejak Mei 2012 hingga kini.

Selama itu, Sisca pun terus menyelesaikan pendidikannya dengan melanjutkan kuliah S1 di Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) tamat tahun 2002. Di tempat yang sama, ia pun kembali menyelesaikan studi S2. Lalu di tahun 2007, Sisca melanjutkan kuliah S3 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan lulus pada tahun 2010.

Selama mengabdi sebagai PNS di lingkungan Pemrov DKI Jakarta, anak ke-6 dari 7 bersaudara ini sering mendapati pengalaman pahit seperti dimaki-maki oleh warga yang rumahnya kebanjiran. Meski begitu, putri pensiunan TNI ini tidak putus asa dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik kepada warganya.

Ya, pihaknya terus bekerja keras dengan berusaha mengurangi banjir maupun genangan yang biasa timbul terutama saat musim penghujan. Salah satunya dengan menormalisasi kali maupun saluran air serta menertibkan keberadaan bangunan liar yang berdiri di atas saluran air.

"Mereka bilang, PU kerjanya ngapain aja, tidur apa gimana? karena rumah saya banjir. Padahal, saran kami tidak didengar warga. Mereka banyak mengkritik pemerintah, tapi mereka sendiri yang bangunannya menutupi saluran air akan kita dibongkar, mereka tidak mau. Jadi butuh kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Jangan hanya mengkritik saja, karena peran serta masyarakat itu sangat penting dalam mengatasi banjir," ucap ibu dari Rafika Tiwi ini.

Karena itu, visi misinya menjabat Kepala Sudin PU Tata Air Jakarta Utara, Sisca ingin menyadarkan masyarakat bahwa kali itu fungsinya untuk pembuangan air hujan dan bukan pembuangan kotoran manusia maupun sebagai tempat sampah.

"Kalau airnya biru, bersih dan di sekitar kali ditanami pohon hijau, itu kan bisa sehat dan membawa rezeki. Tapi saya mulai dari diri saya sendiri sebelum ke orang lain. Jadi, saya nggak bisa cuma duduk di kantor menunggu laporan dari teman-teman, tapi harus datang ke lapangan sendiri seperti yang dicontohkan Pak Gubernur Jokowi," ucapnya.

Selain itu, istri dari Hidayat ini pun harus berhadapan dengan kontraktor nakal yang meminta kepada dirinya untuk dimenangkan dalam suatu proyek.

"Kontraktor kadang mengintimidasi agar proyeknya diatur, tapi saya tidak bisa melakukan hal ini. Jadi ini juga tantangan buat saya, karena semuanya harus sesuai prosedur. Apalagi zaman sekarang minta proyek, ini kan nggak benar. Pokoknya semua harus transparan," tegas Sisca.

Tak hanya itu, dirinya pun merasa bangga karena menjadi salah satu tim yang merumuskan keberadaan Banjir Kanal Timur KBT. Saat itu, kenang Sisca, dirinya berserta tim diminta membuat presentasi yang dibacakan Kepala Bappeda DKI Jakarta di hadapan Gubernur DKI Jakarta waktu itu, Sutiyoso.

"Saya bangga karena bersama rekan-rekan lainnya dipercaya Kepala Dinas PU untuk membuat presentasi di hadapan Gubernur Sutiyoso. Untuk membuat presentasi itu saya pernah menyusuri KBT yang berjarak 23,5 kilometer dengan berjalan kaki. Ini tentu menjadi kebanggaan saya. Apalagi saat ini KBT terbukti efektif mengurangi banjir di beberapa wilayah di Jakarta Timur dan Jakarta Utara," kenang Sisca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar